cuma ilustrasi. sumber: cari di google |
Sambil duduk-duduk di
sebuah kedai di sebuah persimpangan menunggu hujan reda, pandangan tertuju pada
seorang yang tersenyum di pinggir jalan. Selalu tersenyum, entah apa yang
membuat dia tersenyum saya juga tidak tahu. Saya perhatikan terus, sepertinya
dia tersenyum pada saya. Pandangan kami saling bertemu. Saya beralih duduk agak
ke kiri, pandangannya masih tertuju pada saya, agak ke kanan, masih juga.
Senyumnya tak pernah lepas.
“Coba kalau orangnya
yang langsung nemplok disitu ya.”
“Hahahahaha,” tergelak
lepas teman di sebelah saya. “Mana mungkin, paling ga sampai sejam sudah
semaput.” “Hehehe” saya hanya ikut tertawa memikirkan apa yang baru saja
terpikirkan ketika melihat baliho itu.
Baliho ini sungguh tak
kenal lelah, siang dan malam berdiri terus ditempatnya. Kalau matahari sedang
semangat, terpaksa berpanas-panasan, tapi tak pernah mengeluh. Tak perlu pula
mencari tempat berteduh, karna memang tak bisa berjalan, kakinya cuma dari
kayu. Kalau langit sedang bocor, terpaksa mandi hujan seperti anak-anak.
Bedanya dia diam saja, kalau anak-anak kan kegirangan kalau mandi hujan.