Laman

Sabtu, 13 Januari 2018

CERITA 1000 KANCAH WAJIK HUT DHARMASRAYA 14 Bag. 2


Matahari mulai merangkak ke atas kepala. Untung saja tertutup awan, kalau tidak lengkap sudah penderitaan saat itu. Kancah-kancah teronggok di atas tungku, asap mengepul dari hasil bakaran kayu yang tak sempurna. Mata pedih, tak ada tempat untuk membuka mata dengan tenang. 

Beberapa saat lalu saya berjuang dengan teman untuk mengangkat meja dan beberapa barang lain. Ada juga wajik yang sudah siap di buat di rumah untuk dipajang nantinya. Sunggguh ajaib, di tempat seperti ini kami bisa tersesat, tak tahu arah mau dibawa kemana meja yang berat ini. Semua orang tampak sama, berbaju merah. Kecuali yang agak arah ke barat dekat GOR, mereka memakai baju hitam.

Nyaris setengah jam kami berputar-putar mencari kawan-kawan yang sedang memasak wajik. Akhirnya bertemu juga. Sebagian sedang sibuk menggoyang-goyang alat pangacau wajik agar wajiknya tidak... tidak apa? ah, saya tak tahu juga. Maklum saya tak mengerti cara membuat wajik. Saya ke sini cuma pergi menolong angkat-angkat barang saja, sambil melihat-lihat dan ambil gambar untuk dibuat video youtube.

"Cukup sekali ini saja" celoteh salah seorang teman yang tampak sedikit kecewa. Tak tahu kenapa mungkin karena asap yang begitu banyak, atau panas yang mulai terasa, atau mungkin karena tak terlihat dari pihak panitia yang menyapa.

Tanah-tanah di sekitar lokasi becek, barangkali karena semalam hari hujan dan ditambah lagi langkah kaki dari banyak orang. Akhirnya saya dan beberapa teman yang sependapat pergi dari pusat keramaian. Mojok di salah satu sudut yang teduh. Duduk dan menatap ke arah kerumunan yang sepertinya lebih ramai dari pasar.

Lama kami duduk, akhirnya kami putuskan angkat badan dan berjalan menuju teman-teman yang masih sibuk membuat wajik. Setiba di kelompok kami, mereka telah selesai membuat wajik. Wajik telah dihidangkan di atas meja. Menunggu dilihat dan ditinjau entah oleh siapa. Tapi terlihat ada beberapa orang yang mungkin panitia berseliweran dan juga terlihat beberapa orang MURI. Mungkin mereka mengecek apakah jumlah kancah wajiknya memang seribu apa tidak.

Belakangan saya baru dapat berita bahwa kancahnya mencapai dua ribuan. Entahlah saya tak tahu kebenarannya. Mungkin saja iya, mungkin saja tidak. Saya tak ikut menghitungnya.

Beberapa saat kemudian kami putuskan untuk cabut dari lokasi. "Udah nih, pulang aja lagi". sepertinya acara sudah selesai. Tak ada panduan atau apalah. Atau seperti rentetan acara. Sepertinya cuma, datang, bakar kayu, goyang-goyang dikit, diliat sekilas oleh MURI. Sudah, Pulang.

Lumayan, sekitar jam tiga sore kami baru sampai di rumah. Kedepannya semoga acara-acara seperti ini agar lebih terorganisir dengan baik, sehingga acaranya pun berjalan dengan baik dan teratur.  BTW akhirnya selamat buat kab. Dharmasraya yang akhirnya untuk pertama kali berhasil memecahkan rekor MURI.

1 komentar: