Bukit Tambun, lokasinya di Kampung Surau kecamatan Pulau Punjung Dharmasraya. Bukit yang mulai tenar dibeberapa kalangan warga Dharmasraya. Bukit ini terkenal semenjak dijadikan lokasi start paralayang saat Porprov yang dilangsungkan di Dharmasraya beberapa bulan lalu.
Kini mendadak bukit Tambun mulai ramai dikunjungi warga Dharmasraya terutama oleh muda mudi. Tak ada yang menarik disitu selain pemandangan lepas dari ketinggian. Memandang hamparan wilayah kabupaten Dharmasraya dari bagian utaranya.
Satu lagi tujuan ke sana adalah untuk berfoto-foto ria, mengabadikan momen untuk dikenang atau dipamerkan pada teman-teman. Paling tidak sebagai penjawab tanya. Ketika kumpul-kumpul dengan teman-teman lalu terlintas topik tentang bukit Tambun. "Ee.. den la ado lo kasitu nyia miang..". he he kira-kira seperti itulah untuk mengekpresikan rasa bangganya atau mungkin lebih tepat rasa tak mau kalah, tak mau ketinggalan. Tren, ya.. istilah tepatnya tren. "Urang bacincin wak la bacincin pulo," Ha..seperti itulah kira-kira perumpamaannya.
Untuk transportasi ke bukit ini memang belum memadai, untuk sampai ke puncaknya bisa jalan kaki. Itu kalau sanggup dan mau. Kebanyakan orang naik kendaraan pribadi ke atas puncak bukit Tambun. Apa itu dengan motor atau mobil.
Jalannya berupa tanah liat, tanah merah seperti bahan untuk membuat batu bata. Tapi sudah ditaburi dengan batu-batu sungai untuk mengurangi licinnya. Tapi kalau sedang turun hujan sepertinya akan sulit untuk naik ke puncak dengan kendaraan. Lebih baik dengan berjalan kaki ria sambil olah raga.
Lingkungannya sepi jauh dari perumahan, hehe ya jelas ya. Siapa juga yang mau bangun rumah di lereng bukit. Yang ada hanya ladang dan kebun-kebun warga. Barangkali milik warga sekitar bukit itu.
Yah, itung-itung tempat untuk berakhir pekan atau melepas penat lumayan juga lah. Mestinya ini perlu juga di perhatikan Pemkab DM lewat dinas pariwisatanya. Ibarat Batu lumuik Sungai Dareh yang terkenal itu, kalau tak diasah tak akan mengkilap dan indah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar