Laman

Senin, 01 Agustus 2016

Sibaliho

cuma ilustrasi. sumber: cari di google
Sambil duduk-duduk di sebuah kedai di sebuah persimpangan menunggu hujan reda, pandangan tertuju pada seorang yang tersenyum di pinggir jalan. Selalu tersenyum, entah apa yang membuat dia tersenyum saya juga tidak tahu. Saya perhatikan terus, sepertinya dia tersenyum pada saya. Pandangan kami saling bertemu. Saya beralih duduk agak ke kiri, pandangannya masih tertuju pada saya, agak ke kanan, masih juga. Senyumnya tak pernah lepas.

“Coba kalau orangnya yang langsung nemplok disitu ya.”

“Hahahahaha,” tergelak lepas teman di sebelah saya. “Mana mungkin, paling ga sampai sejam sudah semaput.” “Hehehe” saya hanya ikut tertawa memikirkan apa yang baru saja terpikirkan ketika melihat baliho itu.

Baliho ini sungguh tak kenal lelah, siang dan malam berdiri terus ditempatnya. Kalau matahari sedang semangat, terpaksa berpanas-panasan, tapi tak pernah mengeluh. Tak perlu pula mencari tempat berteduh, karna memang tak bisa berjalan, kakinya cuma dari kayu. Kalau langit sedang bocor, terpaksa mandi hujan seperti anak-anak. Bedanya dia diam saja, kalau anak-anak kan kegirangan kalau mandi hujan.