Laman

Tampilkan postingan dengan label Inspirasi. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Inspirasi. Tampilkan semua postingan

Selasa, 20 Januari 2015

Inspirasi "GOBLOK" dari Om Bob Sadino

Saya tahu siapa itu Bob Sadino ketika saya baca buku tentang pengusaha2 gila. Dan dalam buku itu salah satunya adalah Bob Sadino. Untuk mengenang salah satu pengusaha "Gila" ini saya mengutip beberapa kalimat yang bisa dijadikan inspirasi dan motivasi, cekidot:

Sabtu, 29 November 2014

Mari ngeBlog @nyaris enam tahun ngeBlog...

Seruas jalan di Dharmasraya, Sebuah Foto yg ga nyambung...
"Dak taso la ka abi yia bulan nopember ko"
"Ga terasa dah mau habis ja bulan nopember ni"
"Kok ka pakai baso inggerih yo dak taw ambo de, cari di gugel translet male ma.."

Well-well-well, sekarang sudah di ambang bulan nopember, saya ga mau cerita soal Porprov ke 13 yang sebentar lagi akan bergulir di Dharmasraya. Juga ga mau cerita soal rencana tahunan baru mau kemana. Atau soal lain-lainnya. Yang mau saya ceritakan soal blog saya ini. Tentang kisah tempat saya bercerita ini. Tempat saya membagikan "isi kapalo ko a" kepada pembaca yang mungkin ga sengaja lewat atau mungkin memang sengaja lewat.

Okeh, saya ngaku2 saya blogger, apa itu pengertian blogger saya juga ga tau. Yang penting ikut ikutan orang aja biar dikit keren gitu..hehe.

Saya aktip di blogger ini udah sejak tahun 2009, waktu itu saya masih nuntut ilmu, katanya. Alasan buat blogger ga tau saya, lupa saya. Oya, saya baru ingat, waktu saya kuliah ada matakuliah yang mewajibkan saya berada di labor komputer. Kebetulan ada akses internetnya, daripada ngenet ke warnet mending di situkan??? Ya udah, karna keseringan baca blog orang2, kepengen juga buat blog.

Saya masih ingat pos pertama saya setelah mentasbihkan diri sebagai blogger adalah sebuah tulisan yang saya sendiri tidak tau itu apa, kalau mau baca cek disini nih (Jalan Berliku). Ya...paling ga ada juga isi blognya..dari pada kosong kan?. Mungkin itu pikiran saya waktu itu.

Oke, jadi saya udah mau masuk enam tahun ngeblog berarti kan? Tapi ada satu hal yang buat saya kecewa. Dari sekian tahun itu ternyata rating blog saya rendah bangat coy. Sampe saya bulis tulisan ini baru di angka 2678 pengunjung blognya. Saya ga tau tuh. Mungkin promosi kurang kali ye.. Marketingnya ga mantap, kata orang ekonomi.

Ada satu hal penting lagi yang mau saya share, about name of this blog. Tentang nama ini blog. awalnya blog ini bernama Pondok Aksara, tentang apa itu Pondok Aksara terjemahin aja sendiri ya..Kemudian saya ganti ke YongkiGM, sesuai nama saya. Nih saksinya lihat disini (TRANSFORMASI).

So, itu sikit cerita saya tentang jadi blogger, katanya...
Yang mau ikutan boleh.. mari buat blog ..

Minggu, 19 Januari 2014

Penjepit Kertas, yang tak ter-perhatikan

teman_kecil_yg_terlupakan
Ini namanya penjepit. Penjepit kertas-karena memang lebih sering digunakan untuk menjepit kertas. Dan saya memanggilnya seperti itu, mungkin bisa saja ada panggilan lainnya. Untuk menjepit benda-benda lainnya juga bisa, bahkan bila mau menjepit telingapun bisa dengan ini. Jadi teringat dengan main ampok-ampok-an jaman dulu, kalau kalah dijepit area sekitar wajah, langganannya hidung dan telinga dijepit dengan penjepit jemuran. Bisa saja penjepitnya diganti dengan yang satu ini.

Kalau buat para mahasiswa, spesiali buat mahasiswa tahun akhir akrab dengan benda yang satu ini, tapi tak begitu ter-perhatikan dengan jeli karena terlampok oleh ke-stresan mengejar-ngejar dosen pembimbing dan urusan-urusan lainnya.

Padahal kalau dipikir-pikir fungsinya bisa sangat penting sekali. Bayangkan saja draft proposal penelitian ataupun perbaikan-perbaikan yang akan ditunjukkan ke dosen pembimbing itu kadang tebalnya bisa menghampiri tebalnya novel Harry Potter. Kalau mau diklip tak ada rasanya klip untuk tumpukan kertas setebal itu, kalau mau dijilid ya ga mungkinlah, skripsi atau TA saja belum tentu di Acc dah dijiid aja. So, penjepit itulah solusi tepatnya.

Belakangan saya sering baca skripsi maupun TA mahasiswa yang sudah lebih dulu wisuda. Pas di halaman ucapan terima kasih ataupun persembahan belum ada secuil katapun yang saya temukan guna menyiratkan apresiasi untuk benda satu ini, umumnya lebih banyak untuk orang-orang yang dekat dengan penulis skripsi atau TA itu sendiri dan benda-benda terdekatnya seperti komputer, laptop bahakan printer tapi tidak untuk penjepit kertas.


Ya kadang-kadang memang seperti itulah, karena pikir dan rasa sudah terpenuhi dengan hal-hal yang membuat tertekan, hal-hal kecil yang begitu membantu dapat terabaikan begitu saja. Meskipun murah dan kecil ucapkanlah terimakasih buat objek satu ini.

Kamis, 19 September 2013

Garam si kakek tua

Suatu hari seorang anak muda yang tengah dirundung banyak masalah berjalan gontai di tengah hutan, pikirannya melayang-layang memikirkan berbagai macam masalah hidup yang tengah dihadapinya. Dia merasa kepalanya akan pecah karena masalahnya ini. Terpikir olehnya untuk mengakhiri hidup, biar segala masalah ini hilang. Demikianlah dia berpikir saat itu. Dia terus berjalan menyusuri hutan hingga akhirnya dia melihat sebuah pondok di tengah hutan.

Dia berjalan ke arah pondok itu, kakinya sudah mulai letih karena terus berjalan. Sepertinya pondok ini meskipun kecil ada yang menghuninya. Pohon-pohon kecil dan bunga-bunga tumbuh rimbun di sekeliing pondok itu. Anak muda itu mengetuk pintu pondok dan tak lama keluarlah seorang laki-laki tua atau mungkin lebih baik jika dipanggil kakek.

“Ada apa anak muda?” sapa si kakek. ”Kenapa kau tampak murung sekali?”
“Saya hanya ingin menumpang istirahat sebentar kek, bolehkah?” tanya si anak muda.
“Oh, boleh silahkan saja” jawab si kakek dengan ramah.

Sang kakek kembali ke dalam pondoknya dan sesaat kemudian keluar dengan membawakan segelas air putih dan mempersilahkan si anak muda yang keletihan untuk meminumnya.
“Sepertinya kau sedang ada masalah, betulkah?” tanya si kakek. Setelah meminum seteguk air dan menghembuskan nafas panjang anak muda itu hanya mengangguk sambil menatap dedaunan pohon yang melambai-lambai ditiup angin. Terlihat damai dan tenang sekali daun-daun itu, coba saya seperti mereka pikirnya dalam hati.

“Ayo, coba ceritakanlah masalah mu padaku, siapa tahu aku bisa membantumu menyelesaikan masalahmu itu?” si kakek menawarkan dirinya. Si anak muda tampak ragu untuk menceritakan masalahnya beberapa saat, tidak ada salahnya saya ceritakan pada kakek ini pikirnya. Dia sudah tua tentu banyak pengalaman hidup yang sudah dilaluinya pikir anak muda tersebut. Akhirnya si anak muda menceritakan semua permasalahan yang membuatnya terasa berat.

Setelah anak muda menceritakan segala gundah gulanannya pada si kakek, si kakek hanya tersenyum lalu masuk ke dalam pondoknya. Si anak muda melihat itu merasa heran, apakah si kakek berpikir masalahnya itu tidak ada apa-apanya sehingga dengan mudahnya dia tersenyum, padahal baginya masalah ini sungguh sangat berat sekali hingga sampai sampai terlintas pikiran untuk mengakhiri hidupnya.

Beberapa saat kemudian si kakek tua muncul lagi dengan membawa segelas air meletakkannya di kursi pajang tempat mereka duduk dan di tangannya ada segenggam garam. Si kakek memasukkan setengah genggam garam tersebut ke dalam gelas dan masih ada separuh lagi di tangannya. Setelah mengaduk garam tersebut dan garam tersebut larut dalam air, sikakek menyuruh si anak muda untuk meminumnya. “Untuk apa ini?” tanya si anak muda. “Minum saja dulu nanti kamu akan tahu” jawab si kakek. Si anak muda lalu meminumnya, namun hanya seteguk, sisanya dia muntahkan keluar. “Rasanya tidak enak” kata si anak muda. ”tentu saja jawab si kakek, ini kan garam”.

Lalu si kakek mengajak si anak muda menyusuri jalan setapak di belakang pondoknya. Setelah berjalan beberapa lama mereka sampai di sebuah telaga yang cukup luas, dikelilingi oleh padang rumput dan pepeohonan yang tumbuh disekitarnya. Airnya jernih hingga ikan-ikan kecil yang sedang bermain di bebatuan tampak oleh mata. Lalu si kakek memperlihatkan garam yang masih tersisa di tangannya dan menyuruh anak muda itu melarutkannya di air telaga. Setelah garam itu larut dan menunggu beberapa saat sang kakek menyuruh si anak muda meminum seteguk air telaga itu, sang anak muda lalu meminumya. Rasanya segar sekali pikir si anak muda.


“Bagaimana rasanya, apakah ada terasa garam?” tanya si kakek. “Tidak sama sekali” kata si anak muda. “ Menurutmu kenapa ketika air di gelas yang berisi garam tadi diminum terasa asin dan kenapa ketika garam dengan jumlah yang sama dilarutkan di air telaga ini namun tidak terasa asin?” tanya si kakek pada si anak muda. “Jelas saja telaga ini begitu luas sehingga rasa garamnya tidak terasa, tapi di gelas tadi airnya sedikit sekali” jawab si anak muda. “ Bagaimana jika garam itu ibaratkan masalahmu?” lanjut si kakek. Si anak muda tertegun sejenak dan tak lama kemudian dia memandang ke arah si kakaek seakan minta penjelasan. 

“Begini anak muda, setiap masalah pasti ada jalan penyelesaiannya, karena Tuhan pun telah berjanji tidak akan memberikan masalah jika hambanya tidak sanggup menyelesaikannnya, sekarang yang perlu kau lakukan hanyalah melapangkan hatimu, karena dengan hati yang lapang masalah itu tidak akan terasa berat bagimu, kemudian carilah jalan untuk menyelesaikan masalah itu dengan hati dan pikiran yang tenang dan memohonlah pada tuhan untuk membantumu. Semoga kau mengerti” si kakek lalu beranjak pergi kembali ke pondoknya meninggalkan si anak muda yang mulai melihat jalan terang untuk segala masalah hidup yang sedang membebaninya.