Laman

Selasa, 03 Januari 2012

Amplop

Aku bongkar lemari lama, mencari sesuatu yang mungkin bisa mengingatkanku ke masa lalu. Sebuah masa yang bisa aku jadikan pelajaran, melihat jejak kehidupan yang telah aku buat. Bersama orang-orang disekitarku, ada orang tua, saudara dan teman-teman. Mereka semua telah bersama-sama denganku menciptakan sejarah, sejarah untuk diriku. Yang kadang kala membuatku tersenyum mengenangnya, membuatku malu dan begitu banyak rasa lain yang tak bisa diungkapkan.

Aku temukan sebuah map transparan berwarna kuning, kulihat di sana ada rapor SD ku, SMP dan SMA. Tapi ada satu yang yang lebih menggoda mata dan tanganku untuk meraihnya. Sebuah amplop berwarna putih yang masih tertutup rapi, aku ingat dulu amplop itu tidak ditutup ketika aku menerimanya sehinga dengan mudah bisa kubuka lalu mengambil selembar kertas yang ada di dalamnya, lebih tepatnya sebuah surat.

Beberapa tahun lalu aku menerimanya, disana tertulis (aku hanya mengira, aku lupa apa tulisan tepatnya) LULUS. Sebuah kata singkat yang membuatku lega, karena tulisan itu sangat begitu berarti bahkan sampai membuat beberapa temanku menangis karena mereka mendapatkan tulisan lain disurat yang mereka terima. Sedang aku, kusimpan surat itu baik-baik, ku masukkan kembali ke dalam amplopnya, ku buka penutup perekat amplopnya lalu ku katupkan penutup amplop itu hingga merekat serekat-rekatnya.

Belum pernah kubuka sejak saat itu hingga sekarang, amplop yang kuterima ketika di penghujung masa SMP ku. Tersimpan banyak kenangan di sana, yang sebagian kadang ingin waktu membawaku ke sana lagi. Hanya ku pandangi, belum akan kubuka hingga saatnya tiba. Saat yang aku sendiri tidak tahu itu kapan. Biarlah ia terus menjadi saksi bisu dari bagian kecil sejarah hidupku. Sejarah yang bersambung hingga kini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar