Laman

Kamis, 19 September 2013

Garam si kakek tua

Suatu hari seorang anak muda yang tengah dirundung banyak masalah berjalan gontai di tengah hutan, pikirannya melayang-layang memikirkan berbagai macam masalah hidup yang tengah dihadapinya. Dia merasa kepalanya akan pecah karena masalahnya ini. Terpikir olehnya untuk mengakhiri hidup, biar segala masalah ini hilang. Demikianlah dia berpikir saat itu. Dia terus berjalan menyusuri hutan hingga akhirnya dia melihat sebuah pondok di tengah hutan.

Dia berjalan ke arah pondok itu, kakinya sudah mulai letih karena terus berjalan. Sepertinya pondok ini meskipun kecil ada yang menghuninya. Pohon-pohon kecil dan bunga-bunga tumbuh rimbun di sekeliing pondok itu. Anak muda itu mengetuk pintu pondok dan tak lama keluarlah seorang laki-laki tua atau mungkin lebih baik jika dipanggil kakek.

“Ada apa anak muda?” sapa si kakek. ”Kenapa kau tampak murung sekali?”
“Saya hanya ingin menumpang istirahat sebentar kek, bolehkah?” tanya si anak muda.
“Oh, boleh silahkan saja” jawab si kakek dengan ramah.

Sang kakek kembali ke dalam pondoknya dan sesaat kemudian keluar dengan membawakan segelas air putih dan mempersilahkan si anak muda yang keletihan untuk meminumnya.
“Sepertinya kau sedang ada masalah, betulkah?” tanya si kakek. Setelah meminum seteguk air dan menghembuskan nafas panjang anak muda itu hanya mengangguk sambil menatap dedaunan pohon yang melambai-lambai ditiup angin. Terlihat damai dan tenang sekali daun-daun itu, coba saya seperti mereka pikirnya dalam hati.

“Ayo, coba ceritakanlah masalah mu padaku, siapa tahu aku bisa membantumu menyelesaikan masalahmu itu?” si kakek menawarkan dirinya. Si anak muda tampak ragu untuk menceritakan masalahnya beberapa saat, tidak ada salahnya saya ceritakan pada kakek ini pikirnya. Dia sudah tua tentu banyak pengalaman hidup yang sudah dilaluinya pikir anak muda tersebut. Akhirnya si anak muda menceritakan semua permasalahan yang membuatnya terasa berat.

Setelah anak muda menceritakan segala gundah gulanannya pada si kakek, si kakek hanya tersenyum lalu masuk ke dalam pondoknya. Si anak muda melihat itu merasa heran, apakah si kakek berpikir masalahnya itu tidak ada apa-apanya sehingga dengan mudahnya dia tersenyum, padahal baginya masalah ini sungguh sangat berat sekali hingga sampai sampai terlintas pikiran untuk mengakhiri hidupnya.

Beberapa saat kemudian si kakek tua muncul lagi dengan membawa segelas air meletakkannya di kursi pajang tempat mereka duduk dan di tangannya ada segenggam garam. Si kakek memasukkan setengah genggam garam tersebut ke dalam gelas dan masih ada separuh lagi di tangannya. Setelah mengaduk garam tersebut dan garam tersebut larut dalam air, sikakek menyuruh si anak muda untuk meminumnya. “Untuk apa ini?” tanya si anak muda. “Minum saja dulu nanti kamu akan tahu” jawab si kakek. Si anak muda lalu meminumnya, namun hanya seteguk, sisanya dia muntahkan keluar. “Rasanya tidak enak” kata si anak muda. ”tentu saja jawab si kakek, ini kan garam”.

Lalu si kakek mengajak si anak muda menyusuri jalan setapak di belakang pondoknya. Setelah berjalan beberapa lama mereka sampai di sebuah telaga yang cukup luas, dikelilingi oleh padang rumput dan pepeohonan yang tumbuh disekitarnya. Airnya jernih hingga ikan-ikan kecil yang sedang bermain di bebatuan tampak oleh mata. Lalu si kakek memperlihatkan garam yang masih tersisa di tangannya dan menyuruh anak muda itu melarutkannya di air telaga. Setelah garam itu larut dan menunggu beberapa saat sang kakek menyuruh si anak muda meminum seteguk air telaga itu, sang anak muda lalu meminumya. Rasanya segar sekali pikir si anak muda.


“Bagaimana rasanya, apakah ada terasa garam?” tanya si kakek. “Tidak sama sekali” kata si anak muda. “ Menurutmu kenapa ketika air di gelas yang berisi garam tadi diminum terasa asin dan kenapa ketika garam dengan jumlah yang sama dilarutkan di air telaga ini namun tidak terasa asin?” tanya si kakek pada si anak muda. “Jelas saja telaga ini begitu luas sehingga rasa garamnya tidak terasa, tapi di gelas tadi airnya sedikit sekali” jawab si anak muda. “ Bagaimana jika garam itu ibaratkan masalahmu?” lanjut si kakek. Si anak muda tertegun sejenak dan tak lama kemudian dia memandang ke arah si kakaek seakan minta penjelasan. 

“Begini anak muda, setiap masalah pasti ada jalan penyelesaiannya, karena Tuhan pun telah berjanji tidak akan memberikan masalah jika hambanya tidak sanggup menyelesaikannnya, sekarang yang perlu kau lakukan hanyalah melapangkan hatimu, karena dengan hati yang lapang masalah itu tidak akan terasa berat bagimu, kemudian carilah jalan untuk menyelesaikan masalah itu dengan hati dan pikiran yang tenang dan memohonlah pada tuhan untuk membantumu. Semoga kau mengerti” si kakek lalu beranjak pergi kembali ke pondoknya meninggalkan si anak muda yang mulai melihat jalan terang untuk segala masalah hidup yang sedang membebaninya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar