Suatu hari seorang anak muda yang tengah dirundung banyak
masalah berjalan gontai di tengah hutan, pikirannya melayang-layang memikirkan
berbagai macam masalah hidup yang tengah dihadapinya. Dia merasa kepalanya akan
pecah karena masalahnya ini. Terpikir olehnya untuk mengakhiri hidup, biar
segala masalah ini hilang. Demikianlah dia berpikir saat itu. Dia terus
berjalan menyusuri hutan hingga akhirnya dia melihat sebuah pondok di tengah
hutan.
Dia berjalan ke arah pondok itu, kakinya sudah mulai letih
karena terus berjalan. Sepertinya pondok ini meskipun kecil ada yang
menghuninya. Pohon-pohon kecil dan bunga-bunga tumbuh rimbun di sekeliing
pondok itu. Anak muda itu mengetuk pintu pondok dan tak lama keluarlah seorang
laki-laki tua atau mungkin lebih baik jika dipanggil kakek.
“Ada apa anak muda?” sapa si kakek. ”Kenapa kau tampak
murung sekali?”
“Saya hanya ingin menumpang istirahat sebentar kek,
bolehkah?” tanya si anak muda.
“Oh, boleh silahkan saja” jawab si kakek dengan ramah.
Sang kakek kembali ke dalam pondoknya dan sesaat kemudian
keluar dengan membawakan segelas air putih dan mempersilahkan si anak muda yang
keletihan untuk meminumnya.
“Sepertinya kau sedang ada masalah, betulkah?” tanya si
kakek. Setelah meminum seteguk air dan menghembuskan nafas panjang anak muda
itu hanya mengangguk sambil menatap dedaunan pohon yang melambai-lambai ditiup
angin. Terlihat damai dan tenang sekali daun-daun itu, coba saya seperti mereka
pikirnya dalam hati.
“Ayo, coba ceritakanlah masalah mu padaku, siapa tahu aku
bisa membantumu menyelesaikan masalahmu itu?” si kakek menawarkan dirinya. Si anak
muda tampak ragu untuk menceritakan masalahnya beberapa saat, tidak ada
salahnya saya ceritakan pada kakek ini pikirnya. Dia sudah tua tentu banyak pengalaman
hidup yang sudah dilaluinya pikir anak muda tersebut. Akhirnya si anak muda
menceritakan semua permasalahan yang membuatnya terasa berat.
Setelah anak muda menceritakan segala gundah gulanannya pada
si kakek, si kakek hanya tersenyum lalu masuk ke dalam pondoknya. Si anak muda
melihat itu merasa heran, apakah si kakek berpikir masalahnya itu tidak ada
apa-apanya sehingga dengan mudahnya dia tersenyum, padahal baginya masalah ini
sungguh sangat berat sekali hingga sampai sampai terlintas pikiran untuk
mengakhiri hidupnya.
Beberapa saat kemudian si kakek tua muncul lagi dengan
membawa segelas air meletakkannya di kursi pajang tempat mereka duduk dan di
tangannya ada segenggam garam. Si kakek memasukkan setengah genggam garam
tersebut ke dalam gelas dan masih ada separuh lagi di tangannya. Setelah
mengaduk garam tersebut dan garam tersebut larut dalam air, sikakek menyuruh si
anak muda untuk meminumnya. “Untuk apa ini?” tanya si anak muda. “Minum saja
dulu nanti kamu akan tahu” jawab si kakek. Si anak muda lalu meminumnya, namun
hanya seteguk, sisanya dia muntahkan keluar. “Rasanya tidak enak” kata si anak
muda. ”tentu saja jawab si kakek, ini kan garam”.
Lalu si kakek mengajak si anak muda menyusuri jalan setapak
di belakang pondoknya. Setelah berjalan beberapa lama mereka sampai di sebuah
telaga yang cukup luas, dikelilingi oleh padang rumput dan pepeohonan yang
tumbuh disekitarnya. Airnya jernih hingga ikan-ikan kecil yang sedang bermain
di bebatuan tampak oleh mata. Lalu si kakek memperlihatkan garam yang masih
tersisa di tangannya dan menyuruh anak muda itu melarutkannya di air telaga.
Setelah garam itu larut dan menunggu beberapa saat sang kakek menyuruh si anak
muda meminum seteguk air telaga itu, sang anak muda lalu meminumya. Rasanya
segar sekali pikir si anak muda.
“Bagaimana rasanya, apakah ada terasa garam?” tanya si
kakek. “Tidak sama sekali” kata si anak muda. “ Menurutmu kenapa ketika air di gelas
yang berisi garam tadi diminum terasa asin dan kenapa ketika garam dengan
jumlah yang sama dilarutkan di air telaga ini namun tidak terasa asin?” tanya
si kakek pada si anak muda. “Jelas saja telaga ini begitu luas sehingga rasa
garamnya tidak terasa, tapi di gelas tadi airnya sedikit sekali” jawab si anak
muda. “ Bagaimana jika garam itu ibaratkan masalahmu?” lanjut si kakek. Si anak
muda tertegun sejenak dan tak lama kemudian dia memandang ke arah si kakaek
seakan minta penjelasan.
“Begini anak muda, setiap masalah pasti ada jalan
penyelesaiannya, karena Tuhan pun telah berjanji tidak akan memberikan masalah
jika hambanya tidak sanggup menyelesaikannnya, sekarang yang perlu kau lakukan
hanyalah melapangkan hatimu, karena dengan hati yang lapang masalah itu tidak
akan terasa berat bagimu, kemudian carilah jalan untuk menyelesaikan masalah
itu dengan hati dan pikiran yang tenang dan memohonlah pada tuhan untuk
membantumu. Semoga kau mengerti” si kakek lalu beranjak pergi kembali ke
pondoknya meninggalkan si anak muda yang mulai melihat jalan terang untuk
segala masalah hidup yang sedang membebaninya.