‘Demokrasi itu menghitung berapa
jumlah kepala, bukan isi kepala’, demikian sepenggal kalimat yang sempat
diucapkan oleh katib siang ini ketika saya shalat jumat di salah satu mesjid di
kota Padang ini. Apa yang disampaikan katib ini menarik menurut saya berhubung
saat ini di kota padang akan segera
berlangsung pesta demokrasi untuk menentukan walikota padang lima tahun
mendatang.
Isi kotbah katib jumat tersebut
bukanlah mengenai demokrasi namun dia sempat membahas sedikit mengenai
perbedaan antara asas musyawarah dan demokrasi. Asas musyawarah di minangkabau
sudah sejak dulu dijadikan sebagai cara untuk mendapatkan keputusan yang
menyangkut kemaslahatan bersama dan di indonesia pun dikenal demikian. Kemudian
demokrasi mulai diadopsi sampai sekarang, yang paling jelas adalah saat pemilihan
sorang pemimpin mulai dari presiden, gubernur dan lainnya.
Perbedaaan antara musyawarah dan
demokrasi jelas sekali, musyawarah sebuah keputusan ditentukan atas kesepakatan
bersama. Memang untuk mencapai kesepakatan bersama ini kadang membutuhkan
proses yang rumit dan lama. Setiap sisi dari hal yang dimusyawarahkan di pertimbangkan
dan dibahas baik buruk, untung rugi dan segala tetek bengeknya. Beda halnya
dengan demokrasi, cukup sediakan beberapa opsi atau pilihan mengenai suatu
masalah yang akan diputuskan, selanjutnya tinggal para peserta untuk memilih
mana yang mereka pilih, opsi dengan pemilih terbanyak itulah keputusannya.
Keputusannya pun akan berbeda,
pada musyawarah tentunya tidaklah semua elemen dilibatkan, hanya sebagian yang
dinilai berkompoten utuk membahas masalah itu saja yang dilibatkan. Jika
dicontohkan pada pemilihan presiden tentu tidaklah mungkin semua rakyat ikut
bermusyawarah untuk menentukan pemimpinnya, namun demokrasi mengakomodasi hal
ini. Dalam demokrasi rakyat dapat berpartisipasi langsung untuk menentukan
siapa yang mereka mau menjadi pimpinan mereka. Sayangnya pilihan ini kebanyakan
tidak berdasar pada pilihan yang telah dipikirkan masak-masak dan pertimbangan
di sana sini, pilihan dijatuhakan lebih pada suatu yang membuat mereka
tertarik, dan parahnya jika tertarik dikarenakan sejumlah uang.
Sekarang demokrasi telah menjadi
alat untuk membuat suatu keputusan di negeri kita, terutama dalam menentukan
seorang pemimpin. Dan jangan pula asas musyawarah dilupakan, paling tidak untuk
menjatuhkan pilihan. Benar-benar dikaji dari segala sisi, mana yang lebih baik,
mana yang lebih sedikit ruginya pilihan pilihan yang telah ada tersebut,
sehingga diperoleh pilihan terbaik untuk bersama untuk dipilih.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar