Laman

Selasa, 19 Juli 2011

Lamunan sebelum tidur


Kadang-kadang pada malam hari sebelum mata tertidur, ada banyak lamunan, lebih tepatnya pikiran yang melintas di dalam benak. Sudah berusaha untuk membuang semua pikiran itu sebelum tidur, tapi terkadang sulitnya minta ampun. Sesuai dengan tips-tips yang sudah sering terdengar bahwa kalau sebelum tidur itu baiknya tak ada yang dipikirkan.

Tapi ada juga kok untungnya berpikir sebelum tidur itu, asal yang dipikirkan tidak yang aneh-aneh. Salah satu yang menarik yang pernah terlintas mungkin juga ada terjadi pada pembaca. Yaitu tentang kehidupan ini. Buat apa ya manusia itu ada? Buat apa juga saya ada di dunia ini? Setelah itu banyak sekali bermunculan pertanyaan-pertanyaan lain yang sebagian besarnya membuat bingung karena mungkin tak ada jawabannya, atau mungkin hanya karena belum tahu jawabannya.

Terkadang berpikir untuk apa saya gunanya kuliah, apakah untuk dapat kerja? Jadi pengusaha atau yang lainnya? Anggap saja untuk dapat kerja, lalu untuk apa saya kerja? Ujung-ujungnya tentu untuk dapat bertahan hidup. Terakhir untuk apa saya mempertahankan hidup di dunia ini? Apakah karena takut mati lalu terus berusaha untuk hidup. Lalu apa bedanya saya mati sekarang atau mati seratus tahun lagi jika tak ada gunanya saya hidup.

Dari sekian pertanyaan itu, akhirnya saya putuskan hanya satu pertanyaan yang musti saya jawab atau saya cari tau jawabannya, apa gunanya saya hidup? Saya teringat dengan orang-orang yang berpaham atheis, katanya mereka begitu takut dengan mati. Karena baginya itulah akhir segala-galanya. Tak dapat berbuat apa-apa lagi sekehendak hati. Makanya selagi hidup dipuaskan betul apa yang diminta nasfu.

Ingatan saya melayang keberapa waktu yang lalu, barangkali ke waktu sebelum pikiran ini muncul. Sepertinya saya ga ada bedanya dengan orang yang tak percaya dengan tuhan. Lalu apa pula itu yang dimaksud dengan akhirat? Mungkin artinya sudah tahu. Tapi yang di luar pengetahuan itu adalah keberadaannya, alias akhirat itu ada apa ga sih? Tapi sebagai seorang muslim itu merupakan bagian dari keimanan, kalau saya tidak percaya ada akhirat berarti saya belum percaya ada Tuhan.

Yang sering terjadi itu adalah, termasuk pada diri saya sendiri. Saya yakin tuhan itu ada, akhirat itu ada. Namun saya belum bisa menunjukkan keyakinan itu lewat apa yang saya lakukan. Kadang sholat masih tertinggal bahkan tidak ada sama sekali, bermaksiat jalan terus. Lalu ketika pikiran tentang akhirat muncul. Ah, nanti saja, masih banyak waktu, masih muda, kalau sudah tua baru dipikirin. Tapi jarang sekali yang muncul itu adalah tentang kematian. Jarang sekali menghayalkan kalau besok pagi atau beberapa menit lagi saya sudah jadi mayat. Kalau sudah begitu ga jadi deh sampe tua.

Terakhir pikiran yang cukup menarik juga, ini lebih menimbang-nimbang untung rugi. Misalkan saya bulan depan sudah mati dan misalkan juga akhirat atau hari pembalasan itu tidak ada, dan saya habiskan waktu sebulan kedepan dengan bermaksiat, saya jadi orang yang beruntung donk, karena bisa senang-senang. Tapi sekarang misalkan akhirat itu ada, wah berabe urusannya. Masalah besarnya sekarang saya ga tahu kapan saya mati, so ga tau juga kapan nentuin waktu memperbaiki diri. Karena mata sudah mulai mengantuk akhirnya saya berharap tetap jadi orang yang percaya dengan akhirat sampai nanti mati berikut konsekuensi yang harus saya jalankan.

2 komentar:

  1. Subhanallah..postinganmu bagus sob..! ada saatnya kita butuh waktu utk menyendiri..gunanya utk kt sejenak berkhidmad..berkomunikasi dg jiwa.."Apa gunanya saya hidup?" itu pertanyaan yg bagus..kalau kita sdh bisa bertanya pd diri sendiri, berarti solusinya sdh ada di tangan kita. Nah kalau saya punya pertanyaan begini "Mau jadi apa saya?"..nah berjalanlah kita pd masing2 korido yg kita inginkan..thank's y sob..salam

    BalasHapus