Laman

Minggu, 12 Januari 2014

Celoteh-Celoteh 2014. Celoteh ?

Beberapa hari belakangan ini banyak sekali sales yang datang kerumahku menawarkan produknya. Tidak hanya datang tapi juga membombardir telingaku lewat layar kaca, lewat speaker radio. Ada juga yang menyapaku di pinggir-pinggir jalan, di tiang listrik, hingga di pohon pelindung di tepi jalan.
***
Sayup sayup terdengar suara ”orang seperti inikah yang akan kau pilih?” aku celingukan. Tak ada seorangpun di jalanan itu, lalu dari mana datangnya suara itu? Aku membatin dalam hati. Kemudian suara itu muncul lagi. “Hei, aku disini. Apakah kamu tidak bisa melihatku?” pohon yang telah kulewati bergerak-gerak, bagian kulitnya yang terkelupas seperti mulut yang sedang berbicara. “tidakkah kau meliahat benda yang ditancapkan dikeningku ini?” aku mendongak dan melihat sebuah gambar orang berjas dan berdasi dengan kata-kata meminta mencoblos nomor tertentu. Kemuadian orang dalam gambar itu melambaikan tangannya padaku. “Orang seperti inikah yang akan kau pilih?” pohon itu terus bertanya. Aku diam saja, dan segera beranjak dari tempat itu, meninggalkan pohon aneh yang terus berceloteh.

Aku tiba di persimpangan jalan. “Hai..” seseorang seperti menyapaku, aku mendongakkan kepala dan benar saja seorang perempuan sedang melambaikan tangannya dalam sebuah bilboard besar yang membelah di atas jalanan. “Besok pilih aku ya jangan lupa lho...” mengakhiri kalimatnya dengan menyipitkan sebelah mata, “Ting!” ucapku. Kubiarkan saja perempuan itu terus berceloteh. Perempuan itu terus berceloteh pada orang-orang lewat yang memandanginya.

Setelah melewati persimpangan aku segera menyetop sebuah angkutan kota yang akan membawaku pulang ke rumah. Angkutan kota itu segera menepi berbelok tajam ke arahku tanpa menghiraukan pengendara motor yang ada di belakangnya. Terdengar pengendara itu melontarkan sumpah serapah dari muncungnya dan sopir angkutan kota itu pun tak mau ketinggalan menyapa dengan sumpah serapah.

Aku naik ke angkutan kota dan duduk di dekat pintu. Dentuman musik dengan speaker bass besar menhentak memukul-mukul gendang telingaku, angkutan kota ini sudah berubah menjadi diskotik jalanan. Disela-sela dentuman bass terdengar sayup-sayup seseorang seperti menyapaku. Awalnya aku tak begitu yakin tapi ketika kutolehkan mata ke arah daun pintu angkutan kota itu seseorang berpakaian necis mengacungkan tinjunya padaku. “Ayo, saatnya perubahan!” orang itu berteriak dengan wajah semangat yang terkesan dipaksakan padahal wajahnya terlihat sudah bergelombang dimakan usia, tanda-tanda waktu berjalan berenang renang di wajahnya. Kubiarkan saja dia terus berteriak-teriak, suara dentuman bass lebih menarik telingaku. Kusunggingkan sedikit senyum pada laki-laki yang lengket di daun pintu itu ketika turun di depan rumahku. Kugores wajahnya dengan koin yang akan kubayar untuk ongkos. Apa yang kulakukan? Pikirku.

Badan yang terasa lelah minta segera direbahkan. Kuhidupkan kipas angin yang menggelantung di loteng, berputar putar seakan terpaksa mengeluarkan suara berdecit-decit. Decit-decit kipas angin memebawaku terbang, angin menerpa wajahku memebuat lelah yang menempel seperti daki di badan terkelupas dan terbang berhamburan ditiup angin. Tiba tiba terpaan angin seperti mereda, decit-decit kipas angin terdengar lagi semakin lama seperti suara ketukan di daun pintu rumahku.


Benar saja ada seseorang yang mengetuk pintu rumahku dan itu membuatku terbangun, dengan perasaan malas aku bangun dan melangkah membukakan pintu. Seorang berdiri di depanku dengan membawa sesuatu, orang itu berbicara padaku. “Ini pak inshaAllah pilihan terbaik”. Orang itu menyodorkan gambar seorang laki-laki, menunggu aku meraihnya. Laki-laki dalam gambar itu mengucapkan sesuatu “berceloteh” tapi karena masih ingin segera tidur aku tidak terlalu menghiraukannya. Lelaki di depanku yang mengantarkan wajah laki-laki ini juga ikut-ikutan berceloteh, kubiarkan saja hingga lelaki itu diam dan minta izin pergi. Meminjam kalimat yang pernah di ucapkan dosenku waktu mengikuti kuliahnya beberapa tahun lalu, “ini namanya celoteh kuadrat”. Kututup pintu untuk segera kembali menerbangkan lelah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar