Sudah lewat seminggu tahun 2013
tinggal dibelakang. Angin menerpa wajah saat jendela bus terbuka, gapura tahun
2014 telah dilewati. Jauh-jauh hari sebelum tahun 2014 datang sudah disebut
tahun ini tahun politik berhubung beberapa agenda politik memang akan
terselenggara di tahun ini, mulai dari pemilu legislatif sampai pemilu presiden
akan segera datang.
Berbagai macam bentuk cara untuk
menjual diri sudah terpampang banyak di persimpangan, di tepi jalan, di tiang
listrik sampai di layar kaca. Ibarat pedagang kaki lima para tokoh tokoh itu
memamerkan wajahnya untuk ditusuk pas pemilu nanti.
Saya sendiri tidak terlalu ambil
pusing dengan aktivitas mereka, itu memang hal yang wajar dalam bangsa yang
menganut demokrasi dan hal yang memang tak bisa dihindarkan.
Kalau di dunia jual beli telah
dikenal ada penjual yang jujur dan penjual yang curang. Menurut saya dalam hal
jual beli politik juga seperti itu rupanya. Tak jauh beda. Misalnya saja
pedagang buah supaya ada pembeli yang tertarik buah-buah yang bagus ditempatkan
di depan yang jelek-jelek disembunyikan agar tak terlihat. Kalau di jalan-jalan
jargon dan wajah manis terpampang menyapa setiap orang, tapi dibalik itu semua
kita tidak bisa tahu dengan pasti apa tujuannya minta dipilih. Apakah benar
adanya akan amanah nantinya setelah mendapatkan posisi atau malah sebaliknya.
Memang begitulah adanya, dunia
politik itu tak jauh beda dengan jaul beli. Dalam rangka mendapatkan dukungan
atau pembeli tentu yang dipikirkan bagaimana orang tertarik untuk membeli
barang dagangannya, sehingga disusunlah strategi marketing yang mampu memikat
hati pembeli. Sebagai wakil rakyat seharusnya rakyat lebih makmur dan sejahtera
dibanding wakilnya, sebagai pelayan rakyat-seharusnya rakyat lebih makmur dari
pelayannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar